Kebersamaan hidup dirumuskan dalam satata sariksa (satu aturan bersama-sama memelihara). Sikap yang ada di masyarakat bukanlah “saling bersaing”, tetapi justru sebaliknya, terutama dalam budaya desa, yaitu gotong royong, kerja sama atau saling membantu, saling mendukung, dan kalau bisa guyub untuk kebaikan bersama dalam konteks hidup bermasyarakat. Seperti terdapat dalam ajaran silih asah, silih asuh, silih asih. Siliwangi sendiri konon berasal dari kata silih wangi yang artinya saling mengharumkan nama, dalam pengertian saling mendorong dan mendukung mencapai prestasi.
Sementara siger tengah (meletakkan mahkota di tengah kepala) menunjukkan sikap untuk hidup moderat. Harus seperti apa orang Sunda hidup, terdapat dalam pepatah hirup kudu masagi (hidup harus seperti bentuk bujur sangkar). Maksudnya hidup harus dijalani dalam kualitas yang sama di semua sisi, tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga etika dan keluhuran budi, mencari kehidupan yang lebih baik, tetapi juga dibarengi ibadah. Tidak hanya menjalin hubungan dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama manusia. Berusaha mencari bekal hidup di dunia dan sekaligus di akhirat nanti. Elmu tungtut dunya siar (ilmu dipelajari, kekayaan juga cari).
Bagaimana sebaiknya memecahkan masalah, ada caina herang laukna beunang (airnya jernih ikannya dapat). Uraikan dahulu permasalahan satu per satu sehingga semua kerumitan terurai dan menjadi jernih. Dalam kondisi jernih seperti itu termasuk pikiran penyelesaian setiap masalah dapat ditemukan. Dan Selalu berani menghadapi risiko terburuk apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar